Daftar artikel

Kamis, 06 November 2014

Narkoba ~ KBK Penulisan Ilmiah

Narkoba
Definisi Narkoba
     Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Lembaga KBBI mengatakan bahwa “narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, dan Obat-obat berbahaya.  Sering disebut juga Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif). Zat-zat tersebut dapat membuat berbagai efek samping seperti halusinasi, ketagihan, dan efek psikologi lainnya”.
    UU RI No. 22 / 1997. Dalam UU RI No. 22 / 1997 (dikutip dalam Badan Narkotika Nasional [BNN], 2014) mengatakan bahwa “narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.”
     Maka dapat disimpulkan bahwa narkoba adalah zat berbahaya yang berasal dari tanaman yang menyebabkan perubahan kesehatan individu, baik jasmani maupun psikis.


Penyebab Penggunaan Narkoba
     Faktor individu. Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri-ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan Narkoba, seperti kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung, pemalu, pendiam dan sebagainya.
     Faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan kurang baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat, seperti komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai, kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter dan sebagainya.
     Lingkungan rumah. Pada umumnya, remaja mengunakan narkoba karena tipe asuh orangtua yang terlalu otoriter (“Narkoba dan remaja,” 2009). Perilaku orangtua yang otoriter terhadap remaja, membuat remaja tidak bebas berkreativitas, sehingga remaja tersebut terpengaruh oleh temannya untuk memakai narkoba.  Seks bebas muncul karena adanya eksploitasi terhadap media, contohnya film yang mengandung unsur pornografi (Nugroho, 2011). 
     Lingkungan sekolah. Remaja yang memiliki prestasi sekolah yang rendah pun dapat berpotensi dalam penggunaan narkoba. Remaja mendapat berbagai tekanan dari guru, orang tua dan bahkan teman-temannya. Akibatnya, remaja tidak di terima dalam sebuah kelompok dapat membuat remaja menjadi lebih mudah depresi dan kurang pergaulan, sehingga dapat memperbesar kemungkinan untuk berteman dengan para pemakai narkoba.


Pengaruh Narkoba
     Bagi kesehatan psikis individu
     Halusinogen. Efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya kokain & LSD (Haryanto, 2012).
     Perubahaan mood secara drastis. Saat menggunaan narkoba, mood, perasaan, serta emosi seseorang ikut terpengaruh. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dari si pengguna, dan seringkali mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan. (BNN, 2012)


Bagi kesehatan jasmani individu
     Stimulan. Efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara waktu (Haryanto, 2012).
     Depresan. Efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri (Haryanto, 2012).
     Adiktif. Adiksi terhadap narkoba membuat penggunaan narkoba menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri. Ia tidak lagi memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing needle, tertangkap polisi, dll (BNN, 2012).
     Penyakit-penyakit pada organ vital dalam tubuh. Organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong, gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi virus {Hepatitis C dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna jarum suntik. (BNN, 2012)


Pencegahan Penggunaan Narkoba
     Peran remaja. Remaja dapat melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat, yaitu (a) pelatihan keterampilan, (b) kegiatan olah raga, dan (c) kegiatan kesenian, dll.
     Peran orangtua. Peran orangtua di rumah mempengaruhi tingkah laku anak. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penggunaan narkoba, yaitu: (a) kemauan untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja; (b) menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih sayang dan komunikasi terbuka; (c) mengasuh, mendidik, dan menjadi contoh yang baik untuk anak; dan (c) mengawasi perkembangan anak (Anneahira, BNN, 2012).

Simpulan
     Narkoba adalah zat berbahaya bagi kesehatan psikis dan jasmani individu. Beberapa pengguna memakainya dengan berbagai alasan masalah pribadi yang sedang dialaminya. Tugas orang tua dan lingkungan sekitar lah yang dapat mencegahnya.
Daftar Pustaka

Badan Narkotika Nasional. (2012). Dampak buruk narkoba. Jakarta: Penulis. Diunduh dari     http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/03/30/350/dampak-buruk-narkoba
Badan Narkotika Nasional. (2014). Pengertian narkoba. Jakarta: Penulis. Di unduh dari http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba
Haryanto. (2012, 5 April). Dampak penyalahgunaan narkoba. Diunduh dari http://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-narkoba/
Kenakalan remaja.  Diunduh dari http://www.anneahira.com/narkoba-index.htm
Narkoba. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online. Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/


Senin, 06 Oktober 2014

Pertemuan 10 ~ Eksistensialisme menurut Kirkegaard dan Sratre

Pokok-pokok ajaran Kierkegaard
• Ia melakukan kritik terhadap Hegel: Karena menurut Kierkegaard ada satu hal yang dilupakan Hegel, yaitu eksistensi menusia individual dan konkret.
Manusia tdk dpt dibicarakan ‘pd umumnya’ atau ‘menurut hakekatnya’, karena manusia pada umumnya tidak ada.
• Yang ada itu adalah manusia konkret yg semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia itu eksistensi.
•Eksistensi berarti bagi Kierkegaard: merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
• Hanya manusia bereksistensi, karena dunia, binatang dan sesuatu lainnya hanya ‘ada’. Juga Tuhan ‘ada’. Tapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi (dlm waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi).

Ada tiga cara bereksistensi/ tiga sikap terhadap hidup, yaitu: sikap estetis, sikap etis dan sikap religius.
• Sikap estetis: Merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yang dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yang amat bebas. Manusia harus memilih hidup terus dengan kenikmatan atau meloncat ke tingkat lebih tinggi lewat pilihan bebas.
• Sikap etis: Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya. Manusia sudah mengakui kelemahannya, tapi belum melihat cara mengatasinya. Bila ia mengakui butuh pertolongan dari atas, maka ia loncat ke sikap hidup religius.
•Sikap religius: Berhadapan dengan Tuhan, manusia sendirian. Karena manusia religius percaya pada Allah, maka Allah memperlihatkan diriNya pada manusia. Percaya model A ialah Allah hadir dimana-mana. Yang sukar adalah percaya model B: percaya bahwa Allah menerima wajah manusiawi dalam Yesus agar bisa berjumpa dengan Dia.
 Jika kita percaya model B, kita percaya bahwa kita yang lahir dalam waktu bisa menjadi abadi. Kita bisa menjadi spt yang kita percayai.

Manusia menjadi seperti yang dipercayainya:
• Pernyataan Parmenides hingga Hegel: ‘Berpikir sama dengan berada’ ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya ‘percaya itu sama dengan menjadi’. Disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada secara abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yg pasif, atau sebagai pemain/individu yg menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.

Waktu dan keabadian
•  Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah, tapi juga terpisah/terasing dari Allah. Manusia dapat menyatakan YA kpd Tuhan dalam iman, atau mengatakan TIDAK.
Jika ia mengatakan YA, ia akan menjadi yg ia ada.
Manusia hidup dalam dua dimensi sekaligus: keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam ‘saat’. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dlm saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu ‘loncatan’ dari waktu ke keabadian.

Subjektivitas dan eksistensi sebagai tugas
• Eksistensi manusia bukan sekadar suatu fakta, tapi lebih dari itu. Eksistensi manusia adalah tugas, yang harus dijalani dengan kesejatian sehingga org tidak tampil dengan semu.
 Bila eksistensi suatu tugas, ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dan religius. Eksistensi sbg tugas disertai oleh tanggungjawab. Tidak seperti berada dalam massa, eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan sendiri.

Publik dan Individu
• Pendapat umum kerap didukung oleh khalayak ramai yang anonim belaka. Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata.
• Org sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok dengan mengumpul tanda tangan. Ini bukti org itu tidak berani tampil sendiri secara berarti. Mereka itu orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik.
Ini adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukan menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain.
 “Hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan. Kalau tidak, penggabungan individu yang lemah sama memuakkan seperti perkawinan antara anak-anak.”

Pertemuan 9 ~ Atmosphere goes to Kampung Betawi

Minggu, 28 September 2014

Pertemuan 8 ~ Filsafat Manusia (Manusia & Afektivitasnya, Kebebasan dan Intelegensi)

Pada hari minggu ini, saya akan membahas materi pada hari jumat kemarin. Mohon maaf karena pada hari jumat dan sabtu saya tidak dapat mengepost materi, karena masalah jaringan internet yang bermasalah. Sekarang, silakan mulai membaca :)

Manusia dan afektivitasnya

Afektivitas merupakan pembeda manusia dengan makhluk hidup yang lain, membuat manusia "berada" di dunia, berpartisipasi dengan orang lain.
Aktivitas mendorong orang untuk mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif. Seluruh kehidupan afektif berputar pada 2 kutub yang bertentangan satu sama lain, mengarah pada obyek karena menyukainya atau berpaling darinya karea menganggapnya buruk.

Bagimana sikap subyek dapat ditentukan secara afektif oleh obyeknya?
Dibedakan "perasaan" dan "emosi", kehidupan afektif memperlihatkan macam-macam cara yang berbeda-beda menurut bagaimana subyek menguasai obyek.

Meninjau ciri khas kebenaran afektivitas yang disebut "suasana hati".
Afektivitas disamakan dengan kesanggupan merasa, tetapi harusnya menyangkut yang spiritual.

Perbuatan afektif seluruh perbuatan efektif yang dilakukan subyek hingga subyek ditarik oleh obyek. Perbuatan afektif itu pasif, sedangkan pada "perbuatan mengenal" subyek membuka diri pada obyek.

Kondisi afektivitas perlu ada suatu ikatan kesamaan antara subyek dan obyek perbuatan afektifnya.
Cinta pada diri sendiri dapat ditemukan pada orang yang sanggup mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh.
Jiwa dan Kebebasan

Eksistensi jiwa dalam tubug memampukan manusia untuk menghadirkan diri secaratotal di dunia
Jiwa berhubungan dengan kehendak bebas dalam menentukan perbuatan

"Sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan kebebasan" - Erich Fromm, The Fear of Freedom, 1960
Pandangan Determinisme aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan hidup bagi manusia.
Seluruh kegiatan manusia di dunia berjalan menurut keharusan yang bersifat deterministik.

Kelemahan determinisme yaitu (1) Menyangkal sifat multidimensional dan paradoksal manusia; (2) Menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap tindakannya; dan (3) menafikan adanya tanggung jawab.

Kebebasan adalah penyempurnaan diri, kesanggupan memilih dan memutuskan, serta kemampuan mengungkapkan berbagai dimensi kemanusiaan.

Kebebasan Horizontal berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan, bersifat spontan, semata pertimbangan intelektual
Kebebasan Vertikal pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai.
Kebebasan Eksistensial kebebasan positif, lambang martabat manusia.
Kebebasan Sosial terkait dengan orang lain.

Kebebasan sosial dibatasi dalam hal fisik, psikis dan normatif.
Empat alasan adanya pembatasan kebebasan sosial, yaitu (1) Menyertakan pengertian, (2) Memberi ruang bagi kebebasan eksistensial, (3) Menjamin pelaksaan keadilan bagi masyarakat, dan (4) Terkait dengan hakikat manusia sebagai mahkluk sosial.

Pengetahuan & Intelegensi

Kompleksitas kemampuan manusia adalah suatu kegiatan yang mempengaruhi subyek dalam dirinya.
Sifat kompleksitas kemampuan manusia yaitu perseptif,reflektif, diskurtif, induitif, dan sinergis.

Andaikan pengetahuan dari segi subyek (supaya makhluk hidup dapat memperoleh kesempurnaan yang dinamakan pengetahuan.
Tiga karakter keterbukaan, pengetahuan menyambut dan interioritas
Akar dari semua karakter adalah dimensi supramaterial

Dapat dilihat hasil presentasi kita di http://prezi.com/tx9n_3zfe3vq/pengetahuan-dan-intelegensi-manusia/?utm_campaign=share&utm_medium=copy

Ini hasil diskusi kelompok kami dalam menjawab beberapa pertanyaan dari teman-teman yang lain. Silakan dicek :)
1. Berikan contoh-contoh pengetahuan adalah intuitif, kontemplatif, spekulatif, dan sinergis! (kelompok windmills)

Intuisi merupakan suatu istilah untuk menggambarkan sesuatu yang dipahami tanpa proses penalaran (logika). Namun dalam penalaran, logika tidak akan digunakan jika tidak ada intuisi di dalamnya. Intuisi ibarat bahan masakan, dan logika (mencakup berpikir logis dan kritis) adalah peralatan memasaknya. Bahan masakan dapat mengenyangkan tanpa dimasak, namun akan menjadi masakan lezat hingga bisa dinikmati oleh banyak orang jika telah dimasak. Dan peralatan memasak tidak akan menggapai makna manfaatnya jika tidak ada bahan masakan untuk diolah. Maka untuk mendapatkan makanan lezat yang dapat dinikmati semua orang (ilmu pengetahuan), dibutuhkan bahan masakan dan peralatan memasak, tidak bisa salah satu saja.

Pengetahuan kontemplatif bersifat penegasan, sebagai contoh kita misalnya berhadapan dengan gagasan “jagat raya ini memiliki batas.” Gagasan bahwa “jagat raya” yang ditegaskan sebagai yang “memiliki batas” itu tentu membuat nalar kita bekerja, berangkat dari kemungkinan benar-salahnya pernyataan tersebut.

Flsafat spekulatif adalah suatu usaha untu menemukan hubungan dari keseluruhan aspek dari pikiran dan pengalamanKetika kita membaca sebuah buku, melihat lukisan, atau mempelajari sebuah tugas, kita sadar bahwa tidak hanya detail tertentu saja yang diperhatikan tetapi harus memperhatikan juga pola-pola yang memberikan perbedaan pada detail-detail tersebut.      



2. Apa contoh kegiatan intelegensi manusia? ( Lisye, kelompok pelangi)


3. Jelaskan prinsip-prinsip yang mendasari penegasan, penilaian, kesimpulan, dan penalaran kita beserta contohnya! ( Astri, kelompok Aletheia)

4. Dalam slide terdapat kalimat " Jika panca indera tidak berfungsi maka integelensi juga tidak berfungsi." Bagaimanakah contohnya?

Maksudnya adalah ketika kita melihat, merasa, atau meraba, barulah kegiatan intelegensi kita laksanakan dalam otak kita. Misalnya, ketika kita melihat sebuah pensil, maka proses penalaran kita berjalan. Kita mengerti pensil itu untuk apa ketika kita memegangnya, lalu mengetahui bentuknya apa, warnanya apa dengan melihatnya, mendengar apakah menghasilkan bunyi atau tidak.

5. Apakah pengetahuan itu berbanding lurus dengan intelegensi? ( Hendra, )

6. Apakah pengetahuan itu dapat meningkatkan intelegensi? ( Yanosta, )

7. Apa gunanya intelegensi buat kehidupan sehari-hari? Tolong berikan contohnya! ( kelompok FTA)

8. Apakah intelegensi berbanding lurus dengan pengetahuan? (Michael, )

9. Dalam ... ditulis kalau intelegensi adalah suatu kemampuan yang dapat diisolir suatu penentuan yang aksidental (sekunder), apa maksud dari hal ini? ( Faleria, ONZE Philosophy)

Sumber:
http://l-abaci.blogspot.com/2013/01/intuisi-jendela-menatap-logika.html
http://vendraminda.wordpress.com/2014/04/03/ilmu-logika-konsep-konsep-dan-penalaran-seri-ke-tiga/
http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel%20Ilmiah%2011.html
Buku Modul KBK Filsafat

Kamis, 25 September 2014

Pertemuan 7 ~ Filsafat Manusia (Badan dan Jiwa)

Pada hari jumat ini, saya mengikuti uts tentang Filsafat yang bahannya diambil dari bahan pertemuan 1-5 lalu. Hari ini saya membahas tentang salah satu bagian dari filsafat manusia, yaitu Badan dan Jiwa. Silakan membaca :)

Badan dan jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia (membentuk keutuhan pribadi manusia).

Aliran-aliran Teori tentang Badan dan Jiwa ada 2 yaitu, monisme dan dualisme.

Monoisme adalah aliran yang menolak bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah.
Monoisme memiliki 3 bentuk, yaitu (1) Teori materialisme menempatkan materi sebagai dasar bagi segala hal yang ada/fisikalisme; (2) Teori identitas menekankan hal berbeda dari materialisme,tapi mengakui aktivitas mental manusia; dan (3) Teori idealisme ada hal yang tak dapat diterangkan semata berdasarkan materi seperti pengalaman,nilai dan makna.

Dualisme yaitu badan dan jiwa adalah dua elemen yang berbeda dan terpisah (perbadaan pengertian dan obyek).
Ada 4 cabang dualisme yaitu (1) Inteaksionisme fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa; (2) Okkasianolisme memasukkan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan jiwa; (3) Paralelisme sistem kejadian ragawi terdapat di alam, sedangkan sistem kejadian kejiwaan ada pada jiwa manusia; dan (4) Epifenomenalisme melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi saraf.

Tanggapan dari kedua teori (1) Pandangan monoisme bertentangan dengan hakikat manusia sesungguhnya dan (2) Pandangan dualisme khusunya paralelisme yang mengatakan badan jiwa dua hal yang terpisah, tidak terkait, sulit diterima.

Badan manusia adalah elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia, kumpulan berbagai entitas material yang membentuk makhluk.
Hakikat badan tidak terletak pada dimensi materil, tapi dalam seluruh aktivitas entiras yang terjadi dalam badan (tertawa, menangis, lari, dll).
Jiwa manusia adalah makhluk halus yang tidak dapat ditangkap indera, sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia.

4 dasar kemampuan jiwa manusia yaitu (1) menghasilkan kualitas penginderan; (2) mampu menghasilkan makna yang berasal dari pengeinderaan khusus; (3) mampu memberi tanggapan hasil penginderan; dan (4) memberi tanggapan pada proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan.

Ralitas manusiawi-realitas prinsipal terbentuk dari dua elemen yaitu material dan spiritual.
"Jiwa tidak bisa berfungsi dengan baik kalau tidak da badan, badan manusia bukan mekonistuk tapi dinamika dari jiwa itu sendiri"
Sekitar pukul 10 malam, Si Raga sedang menatap langit yang ditaburi bintang-bintang. Ia pun berbicara kepada dirinya sendiri
Raga          : Aku punya segalanya. Segala bagian tergabung menjadi satu. Si kaki melangkahpun, semua anggota merasakannya. Hidupku teramat bahagia. Yang aku inginkan dapat segera kuraih. Solidaritas tertanam didalam aku. Satu bagian sakit, semua merasakannya. Letih pun demikian. Semua anggota didalam naunganku akan merasakannya juga.
Jiwa yang mendengar omongan Raga pun menghampiri dan bertanya-tanya
Jiwa          : Raga? Dengan siapa kau bicara?
Raga       : Ini loh.. Si bibir sedang berbicara tentang betapa bahagianya menjadi raga. Anggota yang lainnya pun setuju.
Jiwa          : Termasuk kah aku?
Raga       : Jelas tidak! Dirimu tak terlihat. Bagaikan omong kosong. Kami semua dapat melakukan segala yang kami mau tanpa keberadaan dirimu
Jiwa          : Tapi.... Bukankah setiap manusia terdiri atas kau dan aku yang saling melengkapi?
Raga       : Raga... Itulah namaku. Dan jiwa? Bukan bagian dari padaku. Mengapa engkau nampak memaksa untuk menjadi bagian dalam raga?
Jiwa          : Aku ada untuk melengkapimu. Selalu bersama dan disitulah manusia..
Raga       : Entahlah.. Namun tangan ini dapat mengambil apapun yang manusia butuhkan, kaki ini dapat melangkah kemanapun manusia mau, otak ini dapat bekerja untuk berpikir dan semua ini nampak baik-baik saja ada atau tanpa adanya dirimu
Jiwa          : Walau aku abstrak, jangan remehkan aku. Kau boleh jelas, konkrit, bahkan nyata. Walau gerakku tak dapat dilihat oleh panca indera, namun aku dapat dirasakan.
Raga       :Ya... Mungkin kau ada benarnya juga. Kau dapat dirasakan, dan aku dapat dilihat dengan panca indera. Cukup masuk akal di otak ini.
Jiwa          : Kita memiliki peranan yang berbeda, Raga.. Kau tak bisa berdiri sendiri tanpa hadirnya diriku. Bukannya aku congkak, namun memang kenyataannya seperti itu.
Raga       : Congkak sekali kau, Jiwa..
Jiwa          : Bukan begitu... Dengarkan penjelasanku dulu. Tak ada yang lebih dominan diantara kita.
Raga       : Apa manusia butuh kita berdua? Bagaimana bisa kita bersatu untuk manusia? Bukankah manusia hanya butuh raga untuk melakukan aktivitasnya?
Jiwa          : Kau sangatlah berpikir kritis, Raga. Betul sekali, manusia membutuhkan kita berdua namun bukan untuk bertengkar atau berupaya mencari siapa pemenangnya diantara kita. Yang seharusnya terjadi adalah kita yang saling melengkapi satu sama lain untuk menjadi kesatuan yang utuh yaitu manusia
Raga       : Jadi keberadaan kita itu untuk selalu bersama?
Jiwa          : Tepat sekali. Kita saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Kita memiliki hubungan timbal balik. Kau harus selalu ingat itu..
Raga       : Pemikiran mulai terbuka semenjak kau menjelaskan hal tersebut kepadaku.
Jiwa          : Aku sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia. Dan kamu ada dalam seluruh aktivitas entitas yang terjadi dalam hidup manusia.
Raga       : Yap! Kini aku mengerti. Oh iya, aku istirahat dulu ya, Jiwa. Otak ini lelah habis belajar filsafat tadi malam.
Jiwa          :Aku pun begitu, jelas-jelas aku juga terlibat dalam proses itu. Mari kita istirahat.
Raga       : Oh iya, I’m sorry aku lupa hahaha
Jiwa          : Kemampuan bahasamu sangatlah baik! Mari kita istirahat karena besok ada kelas Filsafat lagi sampai sore hari.
Raga       : Iya betul, kita sebagai satu kesatuan yang utuh yang tak bisa dipisahkan dan selalu bersama. Selamat malam, Jiwa!

Jiwa          : Selamat malam juga, Raga!
Kelompok kami memiliki sebuah tugas untuk membuat dialog tentang raga dan jiwa yang berbeda. Inilah hasil dari kelompok kami. 

Selasa, 23 September 2014

Pertemuan 6 ~ Etika&Moral dan filsafat manusia

Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang memiliki arti kebiasaan.
Moralitas biasanya dikaitkan dengan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.

Nilai adalah sesuatu yang berguna bagi seseorang atau kelompok orang dan karena itu orang atau kelompok itu selalu berusaha untuk mencapainya karena pencapaiannya sangat memberi makna kepada diri serta seluruh hidupnya.

Norma adalah aturan atau kaidah dan perilaku dan tindakan manusia.​Moral/Moralitas biasanya dikaitkan dengan sistem nilai tentang  kita harus hidup secara baik sebagai manusia.​

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujudnya dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.

Etika dibedakan menjadi Etika Perangai adat istiadat/kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula (berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku) dan Etika Moral kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia (apabila dilanggar timbul kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.

Moral adalah Norma (biasanya dirumuskan dalam bentuk perintah  dan larangan ) untuk menata sikap batin dan perilaku lahiriah.

Moral dibagi menjadi dua, yaitu Moral filosofis (didasarkan pada penalaran akal budi dan pengamatan) dan Moral teologis (didasarkan pada wahyu atau kitab suci yang ditafsirkan oleh otoritas intansi agama).

Tujuan mempelajari etika, yaitu untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu tertentu serta sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.


Etika dalam kajian ilmu  yaitu 1) Etika Normatif mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada, untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis; 2) Etika Fenomenologis mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggung jawab, norma-norma, dsb. 3) Etika Deskriptif berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai (berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya).

Pertemuan 5 ~ Silogisme dan Kesesatan (Fallacia)

Pada pertemuan kemarin, dosen saya menjelaskan tentang Sillogisme dan Fallacia . 
Menurut saya ini menarik, karena dapat lebih menjelaskan hal hal yang biasanya kita anggap biasa tetapi ternyata salah dalam penggunaan. Selamat membaca. :)


Silogisme

Sillogisme adalah suatu simulan dimana dari dua putusan (premis-premis) disimpulkan suatu putusan yang baru.

Macam-macam Sillogisme ada dua, yaitu Silogisme katagoris dan silogisme hipotesis.

Cara menentukan Silogisme yaitu tentukan lebih dulu simpulannya, lalu tentukan alasannya. Jika S dan P sudah diketahui dalam simpulan, susunlah silogisme yang terdiri dari 3 bagian: simpulan (S-P), Premis minor (yang mengandung S dan M), dan premis mayor (titik tolak penalaran, dimana ada P dan M).

Silogisme Kategoris artinya silogisme yang premis dan simpuloannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Contoh :
M-P  Buah baik untuk kesehatan.
S-M  Apel merupakan buah.
S-P   Maka, apel baik untuk kesehatan.
Bila penalaran baik, silogisme memperlihatkan alasan dan dasarnya.

Silogisme Kategoris Tunggal , mempunyai dua premis, terdiri dari 3 term S,P,M.
Aturannya premis minor harus sebagai penegasan, sedangkan premis mayor bersifat umum.

Bentuk-bentuk silogisme katagoris tunggal:
(1)   M adalah S dalam premis mayor dan P dalam premis minor.
Aturan : Premis minor harus sebagai penegasan, sedangkan premis mayor bersifat umum.
Misal :
M-P Semua mahasiswa Psikologi memakai batik pada hari jumat. (mayor)
S-M Ricka adalah mahasiswa Psikologi. (minor)
S-P Jadi Ricka memakai batik pada hari jumat. (simpulan)

(2)  M menjadi P dalam premis mayor dan minor
Aturan : Salah satu premis harus negatif.
Misal :
P-M Kucing adalah hewan menyusui. (mayor)
S-M Ayam bukan hewan menyusui. (minor)
S-P Kucing bukan ayam. (simpulan)
(3)   M menjadi S dalam premis mayor dan minor.
Aturan : Premis minor harus berupa penegasan dan simpulannya bersifat partikular.
Misalnya :
M-P Manusia membutuhkan pendidikan. (Mayor)
M-S Sebagian manusia tidak memiliki dana. (Minor)
S-P Jadi, sebagian manusia tidak memiliki dana membutuhkan pendidikan. (simpulan).

(4)  M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor.
Aturan : Premis minor harus berupa penegasan, sedangkan simpulan bersifat partikular.
Misalnya :
P-M Manusia adalah makhluk hidup. (mayor)
M-S Semua makhluk hidup membutuhkan makanan. (minor)
S-P Jadi, sebagian yang membutuhkan makanan itu manusia. (simpulan)

Silogisme Kategoris Majemuk adalah bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga premis.

Epicherma adalah silogisme yang salah satu/kedua premisnya disertai alasan.

Entymema adalah silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis/simpulan, disebut juga silogisme yang disingkat.

Polisilogisme adalah deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.

Soristes adalah silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian rupa, sehinga predikat dari putusan yang satu jadi subjek putusan berikutnya.

Hukum silogisme kategoris adalah 1) Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga tem (S,M,P); 2) M tidak boleh masuk dalam kesimpulan, karena term M berfungs mengadakan perbandingan dengan term-term lan; dan 3) Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya.


Kesesatan Pemikiran (Fallacia)

Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.
Kesesatan fakta : Ahmad lahir dengan bintang gemini, maka hidupnya penuh dengan persoalan.
Kesalahan penalaran

Klasifikasi kesesatan fakta ada 2, yaitu kesesatan formal dan kesesatan informal.
Kesesatan formal pelanggaran terhadap kaidah logika.
Contohnya Semua penodong berwajah seram. Semua pengamen berwajah seram. Jadi semua pengamen adalah penodong. Apa yang dilanggar? (Kesesatan: Kedua premis menjadi mayor, ada kata “semua”)

Kesesatan informal menyangkut kesesatan dalam bahasa, misalnya kesesatan diksi.
Penempatan kata depan yang keliru, contoh: Antara hewan dan manusia memiliki perbedaan.
Mengacaukan posisi subjek/predikat, contoh: Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu.
Ungkapan yang keliru, contoh: pencuri kawakan itu berhasil dirigkus polisi minggu lalu.
Amfiboli sesat karena struktur kalimat, contoh: Anto anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.

Kesesatan aksen/prosodi sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan, contoh ada peraturan ‘Anda tidak boleh ganggu anak tetangga.’ Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh mengganggu anaknya.

Kesesatan bentuk pembicaraan sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain, contohnya dalam hal berpakaian artinya memakai pakaian, bersepeda artinya memakai sepeda, beristri memakai isteri.

Kesesatan aksiden yang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki, contoh sawo matang adalah warna. Orang Indonesia itu sawop matang. Maka orang Indonesia adalah warna.

Kesesatan Presumsi dibagi menjadi generalisasi tergesa-gesa, non sequitur, analogi palsu, penalaran melingkar (petitio principii), deduksi cacat, dan pikiran simplisit.

Menghindari persoalan seperti argumentum ad hominem, argumentum ad mistericordiam, argumentum ad baculum, argumentum ad auctoritatem, argumentum ad ignorantiam, argumen untuk keuntungan seseorang, dan non causa pro kausa.

Kesesatan retoris terdiri dari eufemisme/disfemisme, penjelasan teoritik,  steretipe, innuendo, loadin question, weaseler, downplay, lelucon, hiperbola, pengandaian, dan dilema semu. 

Jumat, 19 September 2014

Pertemuan 4 ~ Subyektivisme & Obyektivisme, Konfirmasi & Inferensi, Logika dan Critical Thinking

Pada pertemuan keempat hari ini, saya melakukan empat sesi yang sangat panjang. Banyak sekali yang disampaikan oleh pengajar. Mari kita mulai dari awal.

Subyektivisme dan Obyektivisme

Subyektivisme adalah pengetahuan yang dipahami sebagai keyakinan yang dianut oleh individu. Selain itu subyektivisme yaitu pengetahuan dipahami sebagai seperangkat keyakinan khusus yang dianut oleh para individu.
Pendukung dari teori ini, antara lain 1) Aristoteles, Plato, Rene Descartes; 2) Kaum Solipsisme; 3) Kaum Realisme Epistemologis; dan 4) Kaum Idealisme Epistemologis.

Ciri-ciri Subyektivisme yaitu 1) Menggagas pengetahuan sebagai suatu keadaan mental yang khusus (kepercayaan yang istimewa); 2) Pengalaman subyektif (kokoh terjamin) sebagai titik tolak pengetahuan dari data inderawi (intuisi) diri sendiri; dan 3) Prinsip subyektif terhadap alasan cukup (sifat personal), benar secara pasti dan meyakinkan karena berlaku sebagai pengetahuan.

Rene Descartes adalah seorang raionalis, menurutnya rasio/pikiran satu-satunya sumber dan jaminan kebenaran pengetahuan. Descartes menolak skeptisme (kita tidak pernah tahu tetang apapun). Lalu beliau juga meragukan pengalaman inderawi dalam menjamin kebenaran pengethuan, termasuk pengetahuan tentang dunia luar kita. Beliau berada pada posisi ekstrim Soliosisme yaitu ia sendiri pada dirinya.
Descartes memiliki sebuah teori "cogito ergo sum cogintas" artinya saya berpikir maka saya ada. Tetapi tidak bermaksud secara ekslusif pada penalaran saja, tapi melihat, mendengar, merasa, dan seluruh kegiatan sadar masuk dalam kegiatan berpikir. 
Semua "yang bukan aku" merupakan pengetahuan yang tidak langsung.

Kaum Solipsisme

Kaum Realisme Epistemologis beranggapan bahwa kesadaran menghubungkan dengan "apa yang lain" dari diri saya.

Kaum Idelisme Epistemologi berpendapat bahwa setiap tindakan mengeahui berakhir dalam sebuah ide yang merupakan suatu peristiwa subyektif murni.


Obyektivisme yaitu bahwa butir-butir pengetahuan manusia mempunyai sifat dan ciri yang melampaui (diluar) keyakinan dan kesadaran individu. Tolak ukur suatu gagasan berada pada obyeknya, dan tidak tegantung pada orang yang memahami. Obyektivitas merupakan pandangan bahwa obyek yang kita persepsikan melalui perantara indera kita.

Pandangan dasar obyektivisme, yaitu 1) Kebenaran itu idependen terlepas dari pandangan subyektif; 2) Kebenaran itu datang dari bukti faktual; dan 3) Kebenaran hanya bisa didasari dari pengalaman mansia.

Obyektivisme bersifat umum, obyek sama dapat dipersepsikan oleh pengamat yang jumlahnya tidak terbatas, lalu bersifat permanen dan memiliki kualitas-kualitas yang sama seperti yang disajikan kepada persepsi.

Syarat Teori Obyektivisme yaitu obyek harus sesuai dengan indera kita, organ indera harus normal dan sehat dan harus ada medium untuk menangkap obyek yang ada.


Konfirmasi, Inferensi dan Logika

Konfirmasi berupaya untuk mencari hubungan yang normatif antara hipotesis (kesimpulan sementara) yang sudah diambil fakta-faktanya (evidensi), bila sesuai baru ada kebenaran.

Jenis konfirmasi ada 3, yaitu 1) Decision theory berdasarkan keputusan "apakah hubungan antara hipotesis dengan fakta yang punya manfaat faktual?"); 2) Estimation theory kepastian dengan memberi peluang benar salah melalui konsep probabilitas; dan 3) Reliability theory menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta/evidensi yang berubah-ubah terhadap hipotesis

Inferensi adalah suatu proses penarikkan konklusi dari suatu/lebih proposisi (keputusan), bertolak dari pengetahuan yang sidah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru.
Kesimpulan dapat berupa mengakui atau memungkiri.

Jenis inferensi ada 2, yaitu deduktif (dari umum ke khusus) dan induktif  (dari khusus ke umum).
Premis adalah data, bukti/dasar pemikiran yang menjamin terbentuknya kesimpulan dan harus berhubungan secara logis.

Hukum inferensi antara lain, 1) Jika premis benar, kesimpulan benar; 2) Jika premus salah; kesimpulan dapat salah/benar; 3) Jika kesimpulan salah, premis salah; dan 4) Jika kesimpulan benar, premis dapat salah/benar.

Konstruksi Teori adalah model/kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami/sosial tertentu.
Konstruksi Teori harus dirumuskan, dikembangkan, dievaluasi menurut metode alamiah.

Teori berkembang ada 3, yaitu animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis.

Model teori konstruksi adalah Model Korespondensi (menemukan relevansi dengan yang lain), Model Koherensi (sesuai dengan moral/kenyataan tertentu), dan Model Paradigmatis (ditata menurut pola hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks).

Aliran Konstruksi ada 3 macam, yaitu Reduksionisme, Instrumentalisme dan Realisme.

Logika

Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, dan membahas asas-asas/peraturan formal serta kriteria yang valid bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapar dipertanggungjawabkan secara rasional (Zeno dari Citium, 334-262 SM)

Obyek Logika ada berupa material (manusia) dan formal (kegiatan akal budi).

Manfaat Belajar Logika yaitu membantu orang untuk berpikir kritis, rasional dan metodis; kemampuan meningkat kemampuan bernalar secara abstrak; mampu berdiri lebih tajam dan mandiri serta menambah kecerdasan berpikir.

Macam-macam Logika yaitu Logika Kodrati (akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan) dan Logika Ilmiah (mempertajam  akal budi manusia agar dapat lebih teliti/tepat).

Logika Induktif cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal/partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu.
Generalisasi induktif adalah proses penalaran berdasarkan pengamtan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan yang sama.
Analogi induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama.

Logika Deduktif adalah suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih "khusus" dari pengetahuan yang lebih "umum".

Faktor Probabilitas dipengaruhi oleh faktor fakta, faktor analogi, faktor disanologi, dan faktor luas konsklusi.

Hubungan sebab akibat suatu peristiwa disesbabkan oleh sesuatu, terkandung makna dan ada hubungan unsur intrinsik.
Tiga pola hubungan, yaitu 1) dari sebab ke akibat; 2) dari akibat ke sebab; dan 3)dari akibat ke akibat.

Critical Thinking

Critical Thinking adalah merasionaliasasi kehidupan manusia dan secara hati-hati mengamati/memeriksa proses berpikir sebagai dasar untuk mengklarifikasi dan m,emperbaiki pemahaman kita tentang sesuatu (Chaffee,1990).

Karakteristik berpikir kritis yaitu 1) Rasional, Reasonable, Reflektif (berdasarkan bukti bukan keinginan pribadi); 2) Melibatkan Skepticism yang sehat dan kostruktif (tidak menerima/menolak kecuali sudah mengerti); 3) Otonomi (tidak mudah dimanipulasi); 4) Kreatif (menciptakan ide-ide orisional dengan cara menghubungkan pemikiran dan konsep); 5) Adil (Tidak bias atau berpihak) ; 6) Dapat dipercaya dan dilakukan (memutuskan tindakan yang akan dilakukan).

5 Model Berpikir Kritis adalah Total Recall, Habits, Inquiry, New ideas adn Creativity, dan Knowing how you think.

Semoga keempat dari bahan hari ini dapat menjadi informasi yang menarik bagi kalian. Terima kasih telah membaca dan memberi komentar :)
Sumber: Disarikan dari slide pengajar.

Kamis, 18 September 2014

Pertemuan 3 ~ Epistemologi dan Kebenaran

Pada pertemuan ketiga di blok filsafat ini, saya mempelajari tentang Epistemologi dan Kebenaran.

Epistemologi berasal dari kata episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu). Secara harafiah, epistemologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis tentang sumber suatu kebenaran. epistemologi berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis-jenis pengetahuan. Hakikatnya ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasar, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia.

Ada beberapa metode untuk memperoleh pengetahuan, yaitu Empirisme (melalui pengalaman seseorang), Rasionalisme (berdasarkan akal manusia), dan Fenomenalisme (sebagian dari pengalaman dan akal).



Menurut Bapa Fenomenalisme, Immanuel Kant, berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).






Sifat epistemologi adalah kritis mempertanyakan cara kerja dan pendekatan dalam kegiatan manusia, normatif menentukan tolak ukur tentang kebenaran pengetahuan , evaluatif menilai suatu keyakinan.

Dasar sumber epistemologi yaitu pengalaman, ingatan, kesaksian, rasa ingin tahu, pikiran & pengalaman dan logika.

Teori kebenaran dalam ilmu pengetahuan ada lima, yaitu Teori Kebenaran Korespondensi (subyek yakin bahwa objek sesuai dengan kenyataannya), Teori Kebenaran Koherensi (ada kesesuaian pendapat dari beberapa subjek terhadap objek), Teori Kebenaran Pragmatik (sesuatu memiliki kegunannya), Teori Kebenaran Konsensus (adanya kesepakatan disertai alasan tertentu) dan Teori Kebenaran Simantik (apabila orang mengetahui dengan tepat tentang arti suatu kata).

Kesimpulan sifat epistemologi : kritis, normatif, evaluatif dapat melekat pada proses kegiatan kognitif ilmuwan, tolok ukur kebenaran (sesuai teori kebenaran) yang dipertanggungjawabkan secara logis pada IP & kegiatan ilmiah.

Terima kasih telah membaca. Semoga bermanfaat bagi kalian :)
Sumber: Disarikan dari slide pengajar