Daftar artikel

Senin, 06 Oktober 2014

Pertemuan 10 ~ Eksistensialisme menurut Kirkegaard dan Sratre

Pokok-pokok ajaran Kierkegaard
• Ia melakukan kritik terhadap Hegel: Karena menurut Kierkegaard ada satu hal yang dilupakan Hegel, yaitu eksistensi menusia individual dan konkret.
Manusia tdk dpt dibicarakan ‘pd umumnya’ atau ‘menurut hakekatnya’, karena manusia pada umumnya tidak ada.
• Yang ada itu adalah manusia konkret yg semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia itu eksistensi.
•Eksistensi berarti bagi Kierkegaard: merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
• Hanya manusia bereksistensi, karena dunia, binatang dan sesuatu lainnya hanya ‘ada’. Juga Tuhan ‘ada’. Tapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi (dlm waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi).

Ada tiga cara bereksistensi/ tiga sikap terhadap hidup, yaitu: sikap estetis, sikap etis dan sikap religius.
• Sikap estetis: Merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yang dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yang amat bebas. Manusia harus memilih hidup terus dengan kenikmatan atau meloncat ke tingkat lebih tinggi lewat pilihan bebas.
• Sikap etis: Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya. Manusia sudah mengakui kelemahannya, tapi belum melihat cara mengatasinya. Bila ia mengakui butuh pertolongan dari atas, maka ia loncat ke sikap hidup religius.
•Sikap religius: Berhadapan dengan Tuhan, manusia sendirian. Karena manusia religius percaya pada Allah, maka Allah memperlihatkan diriNya pada manusia. Percaya model A ialah Allah hadir dimana-mana. Yang sukar adalah percaya model B: percaya bahwa Allah menerima wajah manusiawi dalam Yesus agar bisa berjumpa dengan Dia.
 Jika kita percaya model B, kita percaya bahwa kita yang lahir dalam waktu bisa menjadi abadi. Kita bisa menjadi spt yang kita percayai.

Manusia menjadi seperti yang dipercayainya:
• Pernyataan Parmenides hingga Hegel: ‘Berpikir sama dengan berada’ ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya ‘percaya itu sama dengan menjadi’. Disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada secara abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yg pasif, atau sebagai pemain/individu yg menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.

Waktu dan keabadian
•  Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah, tapi juga terpisah/terasing dari Allah. Manusia dapat menyatakan YA kpd Tuhan dalam iman, atau mengatakan TIDAK.
Jika ia mengatakan YA, ia akan menjadi yg ia ada.
Manusia hidup dalam dua dimensi sekaligus: keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam ‘saat’. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dlm saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu ‘loncatan’ dari waktu ke keabadian.

Subjektivitas dan eksistensi sebagai tugas
• Eksistensi manusia bukan sekadar suatu fakta, tapi lebih dari itu. Eksistensi manusia adalah tugas, yang harus dijalani dengan kesejatian sehingga org tidak tampil dengan semu.
 Bila eksistensi suatu tugas, ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dan religius. Eksistensi sbg tugas disertai oleh tanggungjawab. Tidak seperti berada dalam massa, eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan sendiri.

Publik dan Individu
• Pendapat umum kerap didukung oleh khalayak ramai yang anonim belaka. Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata.
• Org sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok dengan mengumpul tanda tangan. Ini bukti org itu tidak berani tampil sendiri secara berarti. Mereka itu orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik.
Ini adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukan menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain.
 “Hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan. Kalau tidak, penggabungan individu yang lemah sama memuakkan seperti perkawinan antara anak-anak.”

Pertemuan 9 ~ Atmosphere goes to Kampung Betawi